Skip to main content

Kumpulan PUISI Cinta, Asa dan Harapan

"Kumpulan PUISI Cinta, Asa dan Harapan"


Kumpulan PUISI Cinta, Asa dan Harapan

BEGITU KHUSYUKNYA

Begitu khusyuk
kau lantunkan doa-doa itu
untuk hidup mulia dan berjaya
hingga aminnya, membuat
air mata tak terbendung
menderas melebihi tangis langit
disambut senyum bumi haus.
Bukan penyesalan dosa, air mata tercipta
Tapi hidup yang tak seperti langit biru bertabur bintang,
yang diadukan pada-Nya

Begitu khusyuknya
kau banting tulang-tulangmu
dalam karya mengejar cita-cita maya
Sekali dua kali tepat waktu mengingat-Nya
Lambat laun lima waktu terabaikan jua
saat cita kian tercipta.

Engkaupun tiba-tiba mengganti kekasih dalam hidupmu
Hingga nama-Nya tak lagi di hati
Dicampakkan di mushaf usang
yang kau taruh di atas lemari
Berdebu, lusuh tak pernah kau sentuh.

Kumpulan PUISI Cinta, Asa dan Harapan 1


CINTA

Bukan cinta ku beri nama
kekaguman akan paras jelita.
Ialah birahi yang meledak
menciptakan pujian musrik di luar hak

Tidaklah cinta kuberi nama,
kegilaan akan harta dan tahta.
Ialah candu yang memabukkan
menganggap dingin pada api keabadian,
menganggap kosong pada nikmat setelah mati.

‘tapi  . . . .
tangis, senyum, syukur dan
keyakinan pada-Nya,
ialah hakekat pada cinta


Kumpulan PUISI Cinta, Asa dan Harapan 2


BISIKAN SUARA

Mati saja kau  . . . !
Untuk apa hidup dalam kalah
Penat  . . .
terlaknat  . . .
menyayat  . . .   .
Mati, mati, mati sajalah kau
Bersamaku bercumbu dalam hangat
api neraka.
( sebuah suara membisik di telingaku )

Jangan Nak  . . .  !
Bukankah kalah awal kemenagan,
Tak peduli kalah yang tak terhitung.
Bertaubat  . . .
Bermunajat  . . .  .
Saat banyak jiwa mati dalam sunyi
Kau  . . . pasti dapat
bersamaku menggapai cita mengecap
sejuknya surga.

Percayalah  . . .  !
( begitu suara lain mengetuk pintu kalbu )
Kumpulan PUISI Cinta, Asa dan Harapan 3


DI SAHUTMU

Di bening matamu
ingin ku pilih kepastian
satu permata di antara ribuan mutiara
gemerlap sama rupa, beda makna.

Ah, aku lelah mengeja
di kebodohanku mengeja sasmita.
Sementara di indah tuturmu
beribu kuntum mekar
merebak wangi seroja

Kekasih  . . .
tahukah engkau
arti senyum yang ku pahat  ?
Ialah panca warna cinta
membentuk prasasti.

Kekasih  . . .
di sahutmu sekali lagi
ingin kutemukan buah hakikat
setelah bara api menyulut,
hingga pada keterpaksaan ku lantunkan syair
 “ Adakah kau mencintaiku ?”

Kumpulan PUISI Cinta, Asa dan Harapan 5


PADA GURAT-GURAT CAHAYA

Pada gurat-gurat cahaya
ia hadirkan kasih-Nya.
Pada ombak laut selatan
alirkan cinta tak terhenti

Lewat tegur pada tiap dosa
ialah bukti sayang tak terbilang.
Pada nafas yang tetap mendesah
buktikan setia tak ternoda.

‘pun-pada angin yang menderu,
petir yang menggelegar
bumi yang tergoncang.

“Mengapa kita menghianati-Nya”

Comments

Popular posts from this blog

Setrategi Berhadapan Dengan Teman Sombong

"Setrategi Berhadapan Dengan Teman Sombong" Hai Poro Dulur...! Salam Sukses Untuk Kita Semua. Oke Poro Dulur... Tentu saja kita sebagai mahluk sosial pasti mempunyai banyak teman, dan di sekian banyak teman kita tuh pastinya banyak ragam sifat dan prilaku berbeda-beda  yang dimiliki oleh teman-teman kita, ada yang sifatnya super baik banget yaitu selalu ngerendah hati, sudah cantik atau ganteng baik pula budi pekertinya, sampai-sampai kita ngiri kepingin niru sifat dia yang terpuji banget. Tapi juga ada yang super sombong nggak ketulungan, selalu mamerin dari kehebatanya, yang sebenernya biasa-biasa saja. Sampai mamerin benda-benda yang dimilikinya. Bahkan embahnya yang barusan naik Haji juga di bangga-banggain diceritakan kemana-mana. Sebel so pasti jika menghadapi teman model begini. Mau ditinggal pergi dikira kita nggak sopan, tidak menghargai teman sedang bercerita. Kalau didengerin bikin telinga gatal “habis nggak nyaman banget”, membosankan gitu. B

Cara Mujarab Menyelesaikan Hutang

"Cara Mujarab Menyelesaikan Hutang" Tidak bisa kita pungkiri, bahwa sebagian manusia tidak bisa hidup tanpa berhutang. Sebab kecenderungan manusia seberapa besar sekalipun gaji atau penghasilan yang didapatkan akan selalu merasa kurang, itu disebabkan gaya hidup manusia yang mengikuti penghasilan, semakin besar penghasilan, maka semakin tinggi pula gaya hidup seseorang, bahkan kadang keinginan melebihi dari kemampuan, sehingga kita harus berhutang kesana kemari untuk memenuhi keinginan-keinginan itu. Oke jika kita berhutang hingga menumpuk hanya karena ingin menuruti keinginan-keinginan yang semestinya bisa di cegah, tetapi kita kalah oleh nafsu yang terus merayu, maka sudah pasti itu adalah salah kita. Tetapi bagaimana jika kita berhutang memang benar-benar demi kebutuhan, misal untuk membayar SPP anak, atau bahkan mungkin sebagian kita memang berhutang hanya untuk menyambung agar dapur tetap mengebul?. Terlepas dari kesalahan atau memang sebab kebutuhan, baga